Tuesday, June 7, 2016

Hikmah Melaksanakan Puasa Ramadhan

Hikmah Melaksanakan Puasa Ramadhan



Puasa Ramadhan wajib hukumnya bagi umat Islam seperti yang disebutkan dalam rukun Islam yang keempat. Kewajiban berpuasa tersebut juga ditunjukkan oleh ayat dibawah ini :

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183).

Sebagai ibadah wajib, selain pahala maka ada hikmah lain yang dapat diambil dan dirasakan oleh umat Islam yang melaksanakannya.

3 hikmah utama berpuasa Ramadhan yang dapat diraih diantaranya adalah:

1. Bukti ketakwaan dan keimanan
Seperti yang disebutkan dalam ayat diatas, maka salah satu hikmah berpuasa adalah sebagai tanda orang yang bertakwa dan beriman kepada Allah SWT yang harus mematuhi perintahNya dan menjauhi laranganNya. Saat melaksanakan ibadah puasa, seseorang akan menjauhi makanan, minuman yang halal sekalipun sebagai bentuk kepatuhannya kepada sang Pencipta dan sebagai usahanya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bahkan bagi pasangan suami istri harus dapat menunda keinginan berjima di siang hari. Selain itu seseorang yang berpuasa Ramadhan dihimbau untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah seperti yang dianjurkan dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW sebagai bukti ketaatannya kepada Allah SWT.


2. Meninggalkan kesenangan duniawi

Pada saat berpuasa, umat Islam meninggalkan semua kesenangan duniawi seperti makanan dan minuman, serta berbagai nafsu syahwat seperti menahan pandangan dan ucapan serta apa yang ia dengar. Diharapkan dengan berlatih meninggalkan kesenangan duniawi ini, manusia akan selalu ingat untuk mengendalikan hawa nafsunya yang kadang bisa membuat orang lupa diri, berlebihan dalam makan dan minum, kufur terhadap nikmat dan menjadi lalai beribadah. Saat berpuasa, seseorang akan sibuk dengan mengingat Allah SWT melalui ibadah-ibadah yang ia lakukan. Selain itu dengan meninggalkan kesenangan duniawi, manusia akan ingat untuk berbagi kepada orang-orang yang membutuhkan. Dengan berpuasa kita dapat merasakan lapar dan haus yang dirasakan oleh orang-orang yang kurang mampu sehingga kita dapat lebih berempati kepada orang lain.


3. Berniat untuk menjadi hamba yang lebih baik

Pada bulan Ramadhan umat Islam yang menjalankan puasa akan berusaha menjauhi hal-hal yang dapat membatalkan puasa bahkan membatalkan pahala puasa. Karena seringkali apa yang kita lakukan tanpa sadar telah mengurangi pahala puasa kita meski tidak membatalkan puasa, seperti yang disebutkan dalam hadist yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga saja.”

Banyak yang sedang berpuasa namun masih menggunjingkan orang lain, mata masih melihat yang diharamkan untuk dilihat, telinga masih mendengar apa yang tidak boleh didengar, berkata dusta dan berbuat maksiat lainnya. Tentu saja puasa kita sia-sia karena hanya mendapatkan lapar dan haus saja, tanpa pahala yang dapat kita kumpulkan untuk bekal di akhirat nanti.

Agar terhindar dari perbuatan sia-sia tersebut, sebaiknya kita mengisinya dengan kegiatan bernilai ibadah atau bila tidak, lebih baik kita tidur.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan."

Maka jadilah hamba yang lebih baik daripada sebelumnya dengan melaksanakan puasa dan menahan diri dari perkataan yang tidak baik dan sia-sia sebagaimana yang disebutkan dalam hadist di bawah ini :

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ

“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu ( sia-sia ) dan rofats ( kata-kata yang tidak baik ). Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.”
Demikian beberapa hikmah puasa Ramadhan yang dapat kita petik agar saat berpuasa nanti kita dapat melaksanakannya lebih baik dari tahun – tahun sebelumnya.



Amalan di Bulan Ramadhan



Bulan Ramadhan hampir tiba, sebagai umat Islam kita hendaknya dapat mempersiapkan diri baik jasmani maupun rohani agar dapat melakukan amalan wajib dan yang disunnahkan di bulan suci ini.

Menjelang bulan suci Ramdhan, kita dapat mempersiapkan diri dengan melakukan puasa sunnah Senin Kamis atau puasa sunnah Sya’ban di awal dan pertengahan bulan agar tubuh dan lambung kita terbiasa dengan kondisi puasa sehingga pada saat puasa Ramadhan tiba tubuh kita tidak kaget yang biasanya ditandai dengan tubuh yang mudah lemas dan lelah.

Membiasakan diri dengan bangun di sepertiga malam untuk melakukan sholat tahajud juga baik dilakukan agar kita tidak kesulitan saat bangun sahur. Kita juga dapat menyisihkan sebagian penghasilan untuk bersedekah di bulan Ramadhan karena pahalanya yang berlipat ganda. Selain dapat membantu kaum yang membutuhkan, membagikan makanan untuk berbuka puasa atau ta’jil juga dapat disebut sebagai sedekah.

Kita juga dapat mulai membuat target ibadah seperti bisa khatam Al Qur’an dalam satu bulan tersebut, berapa ayat yang harus kita baca setiap hari, sholat Sunnah apa saja yang mampu kita kerjakan baik siang maupun malam dan berapa harta kita yang akan kita sedekahkan. Karena keutamaan dan pahala ibadah yang dihitung berlipat ganda bila dibandingkan dengan bulan lainnya selain Ramadhan, maka selayaknya lah kita membuat target ibadah sebanyak-banyaknya agar waktu kita tidak terbuang percuma dengan kegiatan yang tidak ada artinya seperti jalan-jalan, shopping, nonton TV atau mengobrol.

Amalan apa sajakah yang utama dikerjakan saat bulan Ramadhan? Ada 7 amalan yang harus Anda kerjakan agar bulan Ramadhan Anda tidak berlalu begitu saja, yakni :


1. Puasa atau Shiyam

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡڪُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِڪُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ -١٨٣

Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (QS al-Baqarah: 183).

Nabi Muhammad SAW juga bersabda dalam salah satu hadistnya

Islam dibangun di atas lima perkara: Syahadat ‘laa ilaha illallah’ dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, me¬ne¬¬gakkan shalat, menunaikan zakat, haji, dan berpuasa ramadhan. (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar)

Maka dari itu, hendaknya kita jangan melewatkan puasa Ramadhan tanpa uzur yang jelas seperti sakit atau menstruasi bagi perempuan.


2. Sholat Tarawih

Para ulama telah bersepakat bahwa melaksanakan sholat tarawih di malam bulan Ramadhan disyariatkan untuk dilakukan. Nabi Muhammad SAW juga menganjurkan agar kita memperbanyak sholat di sepanjang malam Ramadhan seperti yang disebutkan dalam hadist dibawah ini :

Dari Abu Hurairah r.a., berkata: Rasulullah SAW menganjurkan (shalat) qiyami Ramadhan kepada mereka (para shahabat), tanpa perintah wajib. Beliau bersabda: Barangsiapa mengerjakan (shalat) qiyami Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu. [HR. Al- Bukhari dan Muslim].

3. Tadarus atau Membaca Al Qur’an

Pada bulan Ramadhan kita mengenal adanya peringatan Nuzulul Qur’an karena memang kitab suci umat Islam ini diturunkan pada pertengahan bulan Ramadhan yakni pada tanggal 17 Ramadhan. Sehingga diharapkan umat Islam dapat lebih banyak membaca Al Qur’an dengan bertadarus setiap hari atau malam agar mendapatkan pahala dan keberkahan hidup.


شَہۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدً۬ى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِ‌ۚ -١٨٥

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). [Qs. al-Baqarah: 185]


4. Sedekah

Mengenai sedekah ini Rasulullah bersabda :

“Maukah kamu aku tunjukkan pada pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai dan sedekah akan memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan shalat seorang laki-laki pada pertengahan malam.”

Salah satu bentuk sedekah yang dapat Anda berikan saat bulan Ramadhan adalah adalah memberikan ifthar (= santapan berbuka puasa) kepada orang-orang yang berpuasa. Seperti yang disebutkan dalam hadist dibawah ini :

“Barangsiapa yang memberi ifthar kepada orang-orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala senilai pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut” (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).

5. I’tikaf

I’tikaf adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara tinggal dan bermalam di masjid. Waktu i’tikaf yang utama adalah pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan.

6. Memperbanyak Dzikir, Doa dan Istighfar.

Keistimewaan bulan Ramadhan adalah malam Lailatul Qadr atau malam seribu bulan yang dapat kita isi dengan memperbanyak ibadah, dzikir, doa dan membaca istighfar.

7. Menunaikan Ibadah Umroh

Beribadah umroh di bulan Ramadhan akan memperoleh pahala seakan-akan pergi haji, sehingga paket umroh Ramadhan banyak diburu dan dicari banyak orang yang ingin mendapatkan pahala umroh yang berlipat ganda. Dari Ibnu Abbas ra, Nabi SAW bersabda yang artinya, “ Umrah di bulan Ramadhan pahalanya seperti ibadah haji”. ( HR. Bukhori dan Muslim ).

Demikian amalan-amalan yang dapat kita lakukan menjelang dan selama bulan Ramadhan, semoga bermanfaat.









 Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban




Bulan Syaban merupakan salah satu bulan yang dimuliakan oleh umat Islam selain bulan suci Ramadhan yang berada tepat sebelum datangnya bulan suci Ramadhan.

Dalam sebuah hadist Aisyah RA menuturkan: "Aku tidak pernah melihat Rasulullah menyempurnakan puasa selama sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat beliau banyak melakukan puasa di luar Ramadhan kecuali pada bulan Sya'ban." (HR Muttafaq 'alaih).

Dalam bulan Syaban tersebut terdapat malam nisfu Sya’ban yang jatuh pada malam ke 15. Pada malam ini umat Islam dianjurkan memperbanyak amalan bernilai ibadah seperti sholat sunnah, dzikir, sholawat, dan doa. Memperbanyak bacaan istighfar juga sangat dianjurkan karena menurut sebuah hadist, pada malam nisfu Sya’ban Allah akan mengampuni dosa-dosa kita kecuali dosa orang yang musyrik dan bermusuhan.

Seperti disebutkan dalam hadits dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

يَطَّلِعُ اللَّهُ إِلَى جَمِيعِ خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ

“Allah mendatangi seluruh makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban. Dia pun mengampuni seluruh makhluk kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.”


Sehingga dapat dikatakan keistimewaan Malam Nisfu Sya’ban adalah pengampunan terhadap dosa-dosa sebagaimana yang tersebut dalam sebuah hadist riwayat Mu’adz bin Jabal, dari Rasulullah SAW bersabda :


Yang artinya :

“Allah ‘azza wa jalla mendatangi makhluk-Nya pada malam nisfu Sya’ban, Allah mengampuni hamba-hamba-Nya kecuali dua orang yaitu orang yang bermusuhan dan orang yang membunuh jiwa.”

Sebagian ulama mengatakan amalan yang dilakukan pada malam nisfu Sya’ban dianggap bid’ah hasanah mamduhah atau bid’ah yang secara syar’I dikategorikan sebagai bid’ah yang baik dan terpuji, namun banyak pula yang menganjurkan untuk melaksanakannya sebagai penambah pahala dan memperbanyak amal perbuatan yang baik.

Adapun beberapa amalan yang dapat dikerjakan pada saat malam nisfu syaban adalah :

Setelah melaksanakan sholat magrib 3 rakaat, maka dilanjutkan dengan doa dan dzikir seperti biasa. Lalu membaca surat Yassin sebanyak 3 kali. Bacaan surat Yassin yang pertama diniatkan untuk mendapatkan panjang umur agar dapat melakukan ibadah, yang kedua niat agar memperoleh rejeki yang halal dan barokah sebagai bekal melaksanakan ibadah dan bacaan yang ketiga diniatkan agar diberikan kekuatan dan ketetapan iman Islam hingga akhir hayat.

Setelah itu memperbanyak bacaan sholawat, dzikir, doa dan istighfar. Bila memungkinkan dan hafal, dapat pula menambah dengan membaca doa khusus nisfu Sya’ban


Yang artinya :

Ya Allah, Tuhan kami pemilik nikmat, tiada yang dapat memberi nikma kepadaMu. Ya Allah, pemilik kebesaran dan kemuliaan. Ya Allah, Tuhanku pemilik kekayaan dan pemberi nikmat, tiada tuhan yang patut disembah kecuali Engkau. Engkaulah tempat bersandar. Engkaulah tempat berlindung, dan Engkaulah tempat aman bagi mereka yang ketakutan. Ya Allah, Tuhanku. Seandainya Engkau tuliskan di dalam kitab IndukMu, bahwa orang yang tidak berbahagia, yang nikmatnya amat terbatas, yang dijauhkan dariMu, atau ang disempitkan dalam memperoleh rezeki, maka aku memohon dengan karuniaMu, semoga Engkau pindahkan aku ke dalam golongan orang-orang yang berbahagia, lapang rezeki, serta memperoleh petunjuk menuju kebaikan. Sesungguhnya Engkau telah berfirman di dalam kitabMu yang telah diturunkan kepada RasulMu, bahwa firmanMu adalah benar, yakni: ”Allah mengubah dan menetapkan apa yang dikehendakiNya dan padaNa terdapat kitab Induk”. Ya Allah, dengan tajalliMu yang Maha Besar, pada malam Nishfu Sya’ban yang mulia ini, Engkau tetapkan dan Engkau ubah sesuatunya, maka aku memohon agar dijauhkan dari bencana, baik yang aku ketahui atau pun yang tidak ku ketahui. Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi. Aku senantiasa mengharapkan limpahan rahmatMu, ya Allah Yang Maha Pengasih.


Amalan-amalan diatas, sebaiknya dikerjakan sendiri, tidak berjamaah karena memang tidak ada tuntunan dari ulama untuk mengerjakannya secara bersama, Rasulullah SAW pun tidak memberikan contoh melakukannya secara berjamaah. Namun ada sebagian ulama yang melakukannya bersama-sama di masjid, hal ini dengan tujuan agar masyarakat mengetahui hikmah dan amalan apa saja yang dapat dikerjakan pada malam nisfu Sya’ban sehingga dapat mengisinya dengan kegiatan yang bermanfaat.

Demikian keutamaan melakukan banyak amalan ibadah pada malam nisfu Syaban semoga bermanfaat bagi kita semua untuk mempersiapkan datangnya bulan suci Ramadhan dengan baik melalui aktifitas ibadah yang dapat mendatangkan pahala dan sekaligus sebagai pemanasan untuk menyambut datangnya bulan puasa Ramadhan.









Keutamaan Bulan Sya’ban dan Amalan Puasa


Bulan Sya’ban merupakan salah satu bulan yang dimuliakan oleh umat Islam selain bulan suci Ramadhan yang berada tepat sebelum datangnya bulan suci Ramadhan.

Hal ini seperti yang terdapat dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW pernah bersabda: "Sya'ban itu bulan antara Rajab dan Ramadhan. Bulan ini banyak diabaikan oleh umat manusia, padahal dalam bulan ini (Sya'ban) amal-amal hamba itu diangkat (diterima oleh Allah). Aku ingin amalku diterima oleh Allah di bulan Sya'ban dalam keadaan aku berpuasa." (HR Baihaqi)

Dalam sebuah hadist Aisyah RA menuturkan: "Aku tidak pernah melihat Rasulullah menyempurnakan puasa selama sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat beliau banyak melakukan puasa di luar Ramadhan kecuali pada bulan Sya'ban." (HR Muttafaq 'alaih)

Bulan Sya`ban juga kerap dianggap sebagai bulan “pemanasan” untuk menyambut puasa bulan Ramadhan. Umat Islam dihimbau untuk memperbanyak amalan-amalan ibadah seperti puasa sunnah, sholat sunnah, dzikir dan berdoa. Bahkan terdapat amalan khusus pada malam nisfu atau pertengahan Sya’ban yang jatuh pada tanggal 15 seperti membaca Surat Yaasin dan sholawat Nabi, baik sendiri maupun dilakukan bersama-bersama di masjid.

Melaksanakan puasa pada bulan Sya’ban dianggap seperti ibadah rawatib atau ibadah sunnah yang mengikuti ibadah wajib sehingga Rasulullah SAW sendiri memberikan teladan kepada kita dengan berpuasa di bulan Sya’ban, namun tidak penuh satu bulan.

Berpuasa sunnah di bulan ini juga dapat dianggap sebagai penyemangat untuk menghadapi datangnya bulan suci Ramadhan sehingga tubuh atau lambung kita telah terlatih, terhindar dari lemas dan “kaget” karena tubuh yang terbiasa menerima makan dan minum 3 kali sehari sekarang hanya 2 kali sehari yaitu pada saat sahur dan berbuka puasa.

Mengapa Rasulullah menganjurkan kita untuk berpuasa di bulan Sya’ban? Sebab pada bulan ini umumnya manusia lalai karena terhanyut dengan bulan-bulan sebelum Ramadhan tiba sehingga untuk mengingatkan akan datangnya bulan puasa wajib Ramadhan maka sebaiknya kita berpuasa di bulan Sya’ban.

Puasa yang dianjurkan oleh Rasulullah tidak penuh satu bulan sebagaimana halnya yang dilakukan bulan pada bulan Ramadhan, namun kita dapat berpuasa Senin – Kamis atau 3 hari di awal, 3 hari di pertengahan bulan dan 3 hari di pertengahan bulan Sya’ban.

Khusus di pertengahan bulan, berikan jeda antara bulan Sya’ban dan Ramadhan sehingga tidak bersambung, karena dikhawatirkan akan menjadi penambah hitungan puasa bulan Ramadhan, hal ini sesuai dengan pendapat beberapa ulama, diantaranya adalah ’Abdurrahman bin Mahdiy, Imam Ahmad, Abu Zur’ah Ar Rozi, dan Al Atsrom.

لاَ تَقَدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلاَ يَوْمَيْنِ

“Janganlah mendahulukan Ramadhan dengan sehari atau dua hari berpuasa.” (HR. Muslim no. 1082)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَقَدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلاَ يَوْمَيْنِ إِلاَّ رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمًا فَلْيَصُمْهُ

“Janganlah mendahulukan Ramadhan dengan sehari atau dua hari berpuasa kecuali jika seseorang memiliki kebiasaan berpuasa, maka berpuasalah.” (HR. Muslim no. 1082)




Di hadist lain, Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا انْتَصَفَ شَعْبَانُ فَلاَ تَصُومُوا

“Jika tersisa separuh bulan Sya’ban, janganlah berpuasa.” (HR. Tirmidzi no. 738 dan Abu Daud no. 2337)




Namun Imam Syafi’I dan Imam Hambali berpendapat bahwa bila Anda telah memiliki kebiasaan melakukan puasa Senin Kamis, Anda dapat melaksanakan puasa hingga pertengahan bulan Sya’ban. Namun bila tidak, sebaiknya menghindari puasa di pertengahan bahkan hingga berakhirnya bulan Sya’ban untuk menghindari menambah hari berpuasa Ramadhan yang tidak dituntunkan, juga untuk membedakan puasa sunnah dan wajib.

Demikian informasi tentang seputar puasa Sunnah di bulan Sya’ban, sehingga kita dapat mengamalkannya sebagai penyambut datangnya bulan puasa Ramadhan.